Meratakan Pendidikan dengan Visi Tantangan dan Harapan
Berita Pendidikan Berita PendidikanIndonesia adalah bangsa yang besar. Wilayah Indonesia yang tersebar dari Aceh hingga Papua memiliki kekayaan alam dan sumber kekuatan manusia yang luar biasa. Kekayaan alam dan manusia Indonesia itu mewujud dalam bervariasi adat istiadat, tradisi, bahasa, dan budaya. Dengan kekayaan tradisi, bahasa, adat dan budaya itulah, Indonesia bisa menjadi bangsa yang besar apabila dirawat dan dijaga. Dengan persatuan dan kesatuan yang kokoh, Indonesia bisa menjadi semakin kuat. Tetapi sebaliknya apabila saling bertikai dan bercerai, maka Indonesia menjadi negara yang semakin lemah.
Pendidikan adalah kunci untuk raih kejayaan dan kemajuan bangsa ini. Sudah 79 tahun, Indonesia masih memiliki masalah dalam dunia pendidikan. Kekurangan guru, kekurangan layanan dan prasarana, hingga anggaran pendidikan yang tidak tepat sasaran. Pemerataan pembangunan dan terhitung pendidikan menjadi kewajiban negara dalam rangka mewujudkan cita-cita kebangsaan kita yaitu memajukan kecerdasan bangsa.
Dalam lokasi negara yang lumayan luas seperti Indonesia, pemerataan pendidikan menjadi perihal yang mutlak dan urgen yang kudu diprioritaskan. Sejak kemerdekaan, Indonesia telah berupaya dan terus berupaya laksanakan pemerataan pendidikan dari Sabang hingga Merauke. Meski pembangunan gedung sekolah telah dilakukan, masih ada lebih dari satu daerah yang terkendala oleh situasi alam kurang lebih yang mengakibatkan sekolah tutup sementara terjadi banjir maupun bencana alam lainnya.
Selama nyaris puluhan tahun itu, pembangunan pendidikan kudu dianggap masih berpusat di Pulau Jawa. Ini bisa dilihat dari pembangunan infrastruktur seperti SMK di Pulau Jawa dengan SMK di Sumatera, Kalimantan, Maluku hingga Papua. Presiden Jokowi senantiasa menggaungkan pembangunan berwawasan Indonesiasentris. Pembangunan yang mencakup gagasan kebangkitan nasional dan persatuan Indonesia untuk berbarengan menyejahterakan bangsa.
Dengan membangun IKN [Ibu Kota Nusantara], Jokowi menghendaki kita seluruh menggeser mata bahwa pembangunan tidak boleh cuma berpusat terhadap Jawa Sentris atau Jakarta Sentris. Jokowi menghendaki supaya Indonesia tidak senantiasa berpusat di Jawa, tetapi berganti dan merata di seluruh Indonesia. Dari sudut infrastuktur, Jokowi sebenarnya telah mengakibatkan pembangunan di Indonesia merasa berganti dari Jawa hingga ke Sumatera, Kalimantan hingga Papua.
Infrastruktur itu tidak cuma berwujud jalur tol, waduk, dan terhitung tol laut hingga jalur kereta api baru. Pembangunan berwawasan indonesiasentris tidak cuma diwujudkan melalui infrastruktur, tetapi terhitung merambah terhadap bidang pendidikan. Jokowi sendiri dulu beri tambahan kritik kepada Kemendikbudristek soal pembangunan infrastruktur SMK yang begitu timpang pada SMK di Jawa dengan Papua.
Nadiem Makarim sendiri menjawab masukan dari presiden Jokowi berkenaan urgensi pemerataan pendidikan di lokasi 3T melalui program ADEM, ADik, tunjangan khusus daerah 3T untuk pendidik dan tenaga kependidikan hingga pembangunan PTN baru. Dari Program ADEM, ada kurang lebih 6.817 pelajar SMA dan SMK lulus melalui program ADEM, baik dari Papua dan Papua Barat, daerah khusus slot atau 3T, dan anak-anak repatriasi di Malaysia.
Program ADEM mengakses peluang besar bagi siswa Papua dan Papua Barat untuk raih pendidikan berkualitas. Melalui program ADEM dan ADik kini, Anak-anak Papua tidak lagi khawatir untuk memeluk mimpi-mimpi mereka. Melalui program LPDP, pemerintah terhitung berikan peluang khusus kepada anak-anak yang menghendaki melanjutkan kuliah di perguruan tinggi negeri di Jawa.
Ketentuan dan syarat pengajuan bea siswa LPDP untuk daerah 3T seperti Papua, NTT maupun lokasi Indonesia Timur sebenarnya telah diberikan secara khusus yang tidak seperti di Jawa. Dengan keterbukaan dan kelonggaran syarat untuk beasiswa LPDP ini telah mengakses peluang lebar bagi anak bangsa yang ada di Papua untuk melanjutkan kuliah dan pendidikan yang lebih tinggi.
Problem pendidikan dan ketimpangan pendidikan di Papua sebenarnya tidak bisa diselesaikan dengan beasiswa dan terhitung program pendidikan lainnya, tetapi dari program-program yang beri tambahan peluang yang mirip bagi rakyat di daerah 3T, pemerintah meminta bisa beri tambahan peluang kepada rakyat untuk raih mimpi mereka. Sebagai catatan, pemerintah terhitung kudu menyimak masukan dari masyarakat adat, dan terhitung warga Papua berkenaan upaya meningkatkan kualitas dan kualitas pendidikan di tanah Irian ini.
Jangan hingga program pendidikan yang sepanjang ini digadang-gadang Jokowi sebagai program pendidikan bervisi Indonesiasentris justru tidak tepat sasaran dan semakin melanggengkan problem pendidikan di lokasi 3T.